Kamis, 07 Oktober 2010

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam sangat erat sekali kaitannya dengan
pendidikan pada umumnya. Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT. Tujuan pendidikan Islam yang sejalan
dengan misi Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai
akhlakul karimah. Adapun tujuan utama dari pendidikan Islam adalah
pembentukan akhlak yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,
jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang
tinggi. “Tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang dilakukan
melalui proses pembinaan secara bertahap” (Muh. Athiyah Al-Abrasyi, 1974:
15). Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam di nilai sebagai faktor
kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan
Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata
kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akherat.
Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan di
antaranya yaitu masa remaja. Remaja adalah bagian umur yang sangat banyak
mengalami kesukaran dalam hidup manusia di mana remaja masih memiliki
kejiwaan yang labil dan justru kelabilan jiwa ini mengganggu ketertiban yang
merupakan tindakan kenakalan. Dalam perkembangan hidupnya remaja
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intern dan ekstern. Faktor intern berasal dari
1
2
individu itu sendiri sedangkan faktor ekstern berasal dari luar individu. Kedua
faktor tersebut yang kemudian akan membentuk kepribadian remaja.
“Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa usia 12-21 tahun “ (Singgih. D Gunarsa, 1994: 255), secara
global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian
umur: 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan,
18-21 tahun masa remaja akhir. Remaja sangat peka terhadap pengaruhpengaruh
dari luar. Masa remaja merupakan masa pancaroba, pada masa
transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa ini ditandai dengan emosi yang labil
dan berusaha untuk menujukkan identitas diri. Bimbingan dan perhatian orang
tua sangat diperlukan agar remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.
Pendidikan agama yang baik dalam keluarga adalah salah satu contoh
perhalian orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang bermoral.
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja
adalah kurangnya pendidikan agama dalam keluarga. Sudarsono (1995: 125)
menerangkan bahwa keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya
delinkuensi dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home/Quasi
broken home), keadaan ekonomi keluarga yang minim menimbulkan
permasalahan yang kompleks sehingga akan mendorong anak-anak menjadi
delinkuen. Di samping itu juga orang tua kurang memiliki bekal dan mendidik
anak dan kurangnya pendidikan agama di dalamnya. Keluarga yang tidak
menanamkan pendidikan anak sejek kecil, sehingga mereka tidak dapat
3
memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kebiasaankebiasaan
yang baik yang sesuai dengan ajaran agama tidak dicontohkan
orang tua kepada anak sejak kecil. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang
dibentuk sejak lahir akan menjadi dasar pokok dalam pembentukan
kepribadian anak. Apabila kepribadian dipenuhi oleh nilai agama, maka akan
terhindarlah anak dari kelakukan-kelakuan yang tidak baik. Bambang
Mulyono (1998: 42) mengatakan bahwa keluarga merupakan kesatuan yang
terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan
fundamental dalam kehidupan manusia.
Jalaludin Rachmad dan Muhtar Ganda Atmaja (1994: 20) menyatakan
bahwa salah satu fungsi keluarga adalah fungsi religius. Fungsi religius
berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan, membimbing,
memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya,
mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini
mengharuskan orang tua sebagai tokoh inti dan panutan dalam keluarga untuk
menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena suatu ikatan
perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama seia sekata,
seiring dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai
keluarga sakinah dalam lindungan dan ridha Allah SWT. "Keluarga
merupakan lembaga pemdidikan yang bersifat informal yaitu pendidikan yang
tidak mempunyai program yang jelas dan resmi, selain itu keluarga juga
merupakan lembaga yang bersifat kodrati, karena terdapatnya hubungan darah
antara pendidik dan anak didiknya" (Soewarno, 1992: 66-67). Di dalamnya
selain ada ayah dan ibu juga ada anak yang menjadi tanggung jawab orang
tua. Menurut M. Arifin (1995: 74) bahwa keluarga adalah persekutuan hidup
4
terkecil dari masyarakat yang luas. Keluarga merupakan ladang terbaik dalam
penyemaian nilai-nilai agama. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama
harus diberikan kepada anak sedini mungkin salah satunya melalui keluarga
sebagai tempat pendidikan pertama yang dikenal oleh anak. Menurut Zuhairini
dkk (1995: 182) bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan
pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga
inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang
masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari
pendidikan (orang tua dan anggota lain).
Manusia dalam menuju kedewasaannya memerlukan bermacammacam
proses yamg diperankan oleh bapak dan ibu dalam lingkungan
keluarga. Keluarga merupakan wadah yang pertama dan dasar bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengalaman empiris membuktikan
bahwa institusi lain diluar keluarga tidak dapat menggantikan seluruhnya
peran lembaga bahkan pada institusi non keluarga, seperti play group sangat
mungkin adanya beberapa nilai yang negatif yang berpengaruh jelek bagi
pembentukan dan pendidkan anak terutama pendidikan akhlak (Faiz, 2001:
70). Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik
pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung jawab orang
tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Konteknya
dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah
pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak orang tua adalah
5
model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model seharusnya orang tua
memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan
perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu
Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang
baik-baik saja kepada anak mereka. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh
Abdur Razzaq Said bin Mansur yang terdapat dalam buku Abdullah Nasikh
Ulwani (1999: 186) Rasulullah SAW bersabda:
عَلمُوْا أَوْلاَ دَ آُمُ الْخَيْرَ وَ أَ د بُوْهُمْ (روه عبد الرزق وسعيدبن منصور)
"Artinya : Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan didiklah mereka
dengan budi pekerti yang baik ".(HR. Abdur Razzaq bin Manshur)
Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam
pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang
mulia, sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin
dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua
orang tua mampu melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di masyarakat
sering ditemukan anak-anak nakal dengan sikap dan perilaku yang tidak hanya
terlibat dalam perkelahian, tetapi juga terlibat dalam pergaulan bebas,
perjudian, pencurian, narkoba, dan sebagainya.
Perilaku seksual remaja sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Hasil
penelitian terhadap remaja di Jakarta telah membuktikan bahwa dalam
berpacaran mencium. Perilaku seksual remaja sudah tidak dapat ditoleransi
lagi. Hasil penelitian terhadap remaja di Jakarta telah membuktikan bahwa
6
dalam berpacaran mencium bibir, memegang buah dada, memegang alat
kelamin lawan jenis dan bahkan sampai malakukan senggama, sepertinya
merupakan hal biasa bagi para remaja. Bahkan ada diantara mereka yang
merasa senang melakukannya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1981: 27). Ironis
memang, tetapi inilah kenyataan objektif dalam kehidupan dikalangan remaja.
Tentu saja masalah ini tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi
penyebabnya, yang antara lain karena keluarga yang broken home, kurangnya
pendidikan agama, miskinnya pendidikan akhlak, atau karena kesalahan
memilih teman.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, SMA Al Islam 3
Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah yang bernaung dibawah
Yayasan perguruan Al Islam di Surakarta. Namun apakah dengan pendidikan
agama yang baik di sekolah saja mampu membentuk kepribadian yang baik
pula terhadap anak kalau tidak diimbangi dengan pendidikan agama yang baik
pula dalam keluarga. Menurut Syamsu Yusuf, L.N, (2002: 205) mengatakan
bahwa
"Apabila remaja kurang mendapatkan bimbingan keagamaan dalam
keluarga, kondisi keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang
memberikan kasih sayang dan berteman dengan kelompok sebaya yang
kurang menghargai nilai-nilai agama, maka kondisi tersebut akan menjadi
pemicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang kurang baik atau
asusila seperti pergaulan bebas (free sex), minum-minuman keras, menghisap
ganja dan menjadi trouble maker (penggangu ketertiban atau pembuat
keonaran) dalam masyarakat".
Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal anak, berarti
lingkungan ini yang terdekat dengan anak. Di sini peran orang tua sangat
menonjol di bandingkan dengan yang lain. Orang tua memiliki dasar
7
pemikiran yang berbeda, sehingga pemahaman dan pengetahuan tentang
agama sering menjadi benturan dalam memberikan bekal aqidah yang kuat
bagi anak. Orang tua juga mempunyai kebutuhan lain yang harus di penuhi
yang juga menyita waktunya sehingga mereka hanya mempunyai waktu yang
terbatas untuk membekali anaknya tentang pendidikan moral dan agama. Hal
itu merupakan salah satu alasan mengapa orang tua menyerahkan pendidikan
anaknya pada sekolah Islam. Orang tua pasti menginginkan agar anaknya
kelak menjadi anak yang baik. Berbagai macam cara dan usahapun mereka
lakukan untuk mewujudkan keingiuan tersebut, antara lain yaitu memberikan
bimbingan dan pengarahan tentang agama dengan baik sejak kecil, mengawasi
pergaulan anak dengan teman sebaya, memasukkan anak ke dalam sekolah
yang mengajarkan pendidikan agama lebih banyak. Salah satu contoh orang
tua memasukkan anak mereka di SMA Al Islam 3 Surakarta yang merupakan
sekolah yang bernaung di bawah Yayasan perguruan Al Islam. Mereka
beranggapan bahwa sekolah Islam mampu memberikan pendidikan agama
yang optimal sehingga dapat membentuk anak menjadi pribadi yang baik dan
bermoral. Di samping mengajarkan tentang pendidikan agama yang lebih
sekolah Islam juga mengajarkan tentang pendidikan umum. Menurut
pengamatan sementara penulis, terlihat bahwa di SMA A1 Islam 3 Surakarta
ini ada beberapa tindakan/kelakuan siswa yang bisa di kategorikan dalam
kenakalan anak/remaja, meskipun prosentasenya dalam kelompok sedikit.
Berdasarkan pengamatan sementara itulah penulis ingin mengetahui
lebih dalam tentang bagaimana pendidikan agama mereka baik di sekolah
8
maupun dalam keluaga, juga hubungannya dengan kenakalan di SMA ini,
untuk itu penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul "HUBUNGAN
ANTARA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA
DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMA AL ISLAM 3
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008"
B. Penegasan Istilah
Sebelum penulis melanjutkan penulisan skripsi ini, penulis memandang
perlu untuk memberikan penegasan berupa istilah yang terdapat dalam
penulisann skripsi ini.
Adapun istilah yang penulis pandang perlu untuk ditegaskan antara lain
sebagai berikut:
1. "Pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan proses pembuatan cara mendidik" (Departemen P
dan K, 1994: 2004).
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ini dapat memahami, menghayati,
mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat (Zakiyah
Darajat, dkk, 1992: 86).
9
2. Kenakalan remaja menurut Fuad Hasan yang dikutip oleh Sudarsono
(1995: 11) yaitu kenakalan remaja (Juvennile Delinquency) sebagai
perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja, yang bilamana
dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindakan kejahalan.
Dalam pengertian yang lebih luas, ”Juvennile delinquency" atau kenakalan
remaja ialah perbuatan kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh
anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan
menyalahkan norma-norma agama.
Tujuan dari penegasan istilah di atas adalah untuk menghindari
kesalahpahaman antara penulis dan pembaca untuk menyatukan konsep antara
pembaca dan penulis. Yang dimaksud judul di atas adalah adakah hubungan
antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja pada siswa
SMA Al Islam 3 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan agama yang diperoleh dalam keluarga dan
kenakalan remaja pada siswa SMA Al Islam 3 Surakarta tahun pelajaran
2007/2008?
2. Adakah hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan
kenakalan remaja pada siswa SMA Al Islam 3 Surakarta tahun pelajaran
2007/2008?
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dilihat dari
permasalahan yang ada adalah sebagai berikut
a. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam kaluarga dan kenakalan
remaja pada siswa SMA AL ISLAM 3 Surakarta tahun pelajaran
2007/2008.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga
dengan kenakalan remaja pada siswa SMA AL ISLAM 3 Surakarta
tahun pelajaran 2007/2008.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis
maupun praktis, antara lain:
a. Manfaat Teoritis:
1) Menambah pengetahuan/wawasan bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.
2) Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pendidikan.
b. Manfaat praktis
1) Memberikan masukan kepada remaja agar berhati-hati sehingga
tidak terjerumus pada tindakan-tindakan yang melanggar hukum
atau agama.
2) Pertimbangan bagi orang tua, guru dan sekolah dalam
menanamkan pendidikan agarna.
11
3) Memberikan masukan bagi guru, orang tua dan sekolah dalam
menangani masalah kenakalan remaja.
E. Kajian Pustaka
1. Hanif Balikwan (UMS, 2000). Dalarn skripsinya yang berjudul,
"Kepemimpinan Orang Tua dalam Pembentukan Pribadi Muslim
pada Remaja di kelurahan Sukoharjo". Dari skripsi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengaruh pada kepemimpinan orang tua terhadap
pembentukan pribadi muslim pada remaja. Pendidikan bagi anak berawal
dari dalam keluarga terlebih lagi pendidikan agama, dimana salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah pola kepemimpinan yang digunakan
mempunyai dampak positif maupun negatif yang berbeda-beda bagi
perkembangan kepribadian anak.
2. Dian Eka Priyantoro (UMS, 2002), dalam skripsinya yang berjudul
"Strategi Pendidikan Islam dalam Keluarga di kelurahan Karang Asem
Kec. Laweyan Kodya Surakarta", menyimpulkan bahwa dari 30 sampel
hanya 7 orang, 6 orang dan 7 orang yang berusaha menerapkan strategi
nasehal, strategi pembiasaan dan strategi hukumam dalam pendidikan
Islam dikeluarga. Keluarga lainnya belum menerapkan strategi nasehal,
strategi pembiasaan, strategi hukuman dalam pendidikan Islam. Hal ini
dilatar belakangi oleh pengetahuan orang tua yang belum memadai tentang
pentingnya pendidikan melalui strategi nasehal, pembiasaan dan hukuman.
12
3. Heni Marlinawati (UMS, 2001), dalam skripsinya yang berjudul "Konsep
Pendidikan keluarga (studi atas pemikiran Hasan Langgulung)"
menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam dalam keluarga sangatlah
penting sebagai pondasi bagi pembentukan dan pembiasaan anak-anak agar
menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Dengan demikian anak-anak
memasuki kehidupan yang berhasil dan mulia serta dapat mengamalkan
ajaran-ajaran atau syari'ah Islam. Fungsi pendidikan yang menjadi tugas
keluarga secara umum adalah menyiapkan cinta mencintai dan keserasian
diantara anggota-anggotanya, spiritual, akhlak, jasmani, intelektual,
emosional, sosial dan menolong mereka menumbuhkan pengetahuan,
ketrampilan sikap dan kebiasaan yang diingini oleh anak.
Berdasarkan karya tulis skripsi di atas memang telah ada penelitian
yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan, akan tetapi
ada perbedaan yang mendasar, yaitu penelitian yang terdahulu hanya
mengaitkan hubungan antara keluarga dengan pendidikan agama saja namun
belum kepada tingkat kenakalan anak/remaja serta pengaruhnya terhadap
kepribadianan anak. Pendidikan agama dalam keluarga itu penting dalam
membentuk kepribadian anak, dan peran orang tua sangatlah berpengaruh
dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan contoh yang baik
terhadap anak. Untuk itu penulis akan mencoba mengangkat penelitian tentang
hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja
pada siswa SMA Al Islam 3 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
13
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai
tujuan penelitian (Kartini Kartono, 1996: 20)
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan
adalah metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sutrisno Hadi
(200: 301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan masalah
yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data dan
selanjutnya menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh informasi
gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan aktual.
2. Metode Penentuan Subjek
a. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (200: 102), Populasi adalah sejumlah
individu yang mempunyai satu sifat sama, sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2002: 108) bahwa populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh
siswa SMA Al Islam 3 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 yang
berjumlah 205 siswa.
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109), sampel adalah
sebagian wakil dari populasii yang diteliti dengan menggunakan cara14
cara tertentu. Sedangkan menurut Sudyana (1996: 161), sampel adalah
sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara
tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI SMA Al Islam Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah
70 siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu
penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara
valid dan reliabel yang pada gilirannya akan memungkinkan
dirumuskannya generalisasi yang obyektif (Hadari Nawawi, 1995: 94).
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitin ini adalah tehnik:
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) yaitu "suatu cara yang
digunakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu dengan
mencari keterangan secara lesan dari seseorang (responden), yang
berbicara berhadapan muka dengan yang lain" (Koentjaraningrat, 1989:
106). Metode ini di gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi
umum SMA AL ISLAM 3 Surakarta, proses pembelajaran, tingkah laku
keagamaan siswa di sekolah.
b. Teknik Angket/Kuesioner
Metode angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
15
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang is ketahui (Arikunto, 1998:
140). Metode ini di gunakan untuk mendapatkan data secara tertulis
tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga dan kenakalan remaja
pada siswa SMA AL ISLAM 3 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
c. Teknik Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 148) bahwa metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagainya. Metode ini di gunakan untuk
memperoleh data yang telah di dokumentasikan antara lain data sejarah
SMA AL ISLAM 3 Surakarta, data dan jumlah guru, dan data siswa,
struktur organisasi dan personalia.
4. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini adalah analisa bivariat. Analisa
bivariat yang dipilih karena pada penelitian ini akan mencapai hubungan
antara dua variabel yaitu pendidikan agama dalam keluarga sebagai
variabel bebas dan kenakalan remaja sebagai variabel terikat.
Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji kolmogorof
smirnov. Data normal menggunakan korelasi product moment dan jika data
tidak normal menggunakan Uji statistic Spearman Rho Uji ini dipakai
karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal (Arikunto, 2002)
Adapun rumus korelasi product moment dan Uji statistic spearman
rho adalah sebagai berikut:
16
a) Rumus korelasi product moment:
rxy = ( )( )
{N X2 ( X)2 } {N Y2 ( Y)2 }
N XY X Y
Σ − Σ − Σ − Σ
Σ − Σ Σ
Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi "r" product moment
N = jumlah responden
X = Pendidikan agama dalam keluarga
Y = Tingkat kenakalan remaja
YXY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX = jumlah seluruh skor X
ΣY = jumlah seluruh skor Y
b) Rumus Rank Spearman:
Rhoxy =
n(n 1)
1 6 D
2
2

Σ

Keterangan:
Rhoxy : koefieisn korelasi ordinal
n : banyaknya subjek
D : beda antara jenjang setiap subyek
(Suharsimi Arikunto, 1995: 207)
17
H. Sistematika penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas masalah-masalah
yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun sistematika penulisan
skripsi meliputi lima bab, yaitu :
BAB I: Pendahuluan, akan membahas tentang latar belakang masalah,
penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Pendidikan agama dalam keluarga dan kenakalan remaja,
akan membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam dalam keluarga,
fungsi pendidikan Islam dalam keluarga, tujuan pendidikan agama Islam
dalam keluarga, pelaku pendidikan agama Islam dalam keluarga, materi
pendidikan agama Islam dalam keluarga, dan metode pendidikan agama
Islam dalam keluarga. Dan kenakalan remaja membahas tentang
perkembangan remaja, pengertian kenakalan remaja, bentuk-bentuk
kenakalan remaja, faktor penyebab kenakalan remaja, usaha pencegahan
terhadap timbulnya kenakalan remaja.
BAB III: Pendidikan agama Islam dalam keluarga dan kenakalan
remaja pada siswa SMA AL ISLAM 3 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008,
akan membahas tentang gambaran umum SMA Al Islam 3 Surakarta tentang
sejarah berdirinya, struktur organisasi. Hasil uji coba/try out angket: uji
validitas dan uji reliabilitas, hasil penskoran angket pendidikan agama Islam
18
dalam keluarga dan kenakalan remaja pada siswa SMA AL ISLAM 3
Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
BAB IV: Analisa dan pembahasan akan membahas tentang
menganalisa data yang terkumpul sehingga diketahui tentang pendidikan
agama dalam keluarga dan kenakalan remaja siswa SMA Al Islam 3
Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
BAB V : Penutup, akan membahas tentang kesimpulan, saran-saran,
penutup

PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.


enjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

[sunting] Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

[sunting] Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

[sunting] Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

[sunting] Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

[sunting] Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

[sunting] Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.

Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.

[sunting] Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

[sunting] Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

[sunting] Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

[sunting] Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).

[sunting] Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

[sunting] Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

[sunting] Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

[sunting] Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani di Jakarta di masa Hindia Belanda

[sunting] Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

[sunting] Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

[sunting] Tingkatan pendidikan di Indonesia

Pendidikan Islam merupakan suatu upaya yang terstruktur untuk membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan konsekuensinya sebagai seorang muslim. Dalam perjalanannya ada tiga jalan yang harus ditempuh untuk mengupayakan hal tersebut, yaitu:

  1. Penanaman akidah Islam berdasarkan pemikiran yang matang dan dijalankan dengan cara yang damai.

  2. Menanamkan sikap konsisten pada orang yang sudah memiliki akidah islam agar segala tindak tanduk dan cara berpikirnya tetap berada di jalurnya sebagai seorang muslim.

  3. Mengembangkan kepribadian islam pada mereka yang sudah memilikinya dengan cara mengajaknya untuk bersungguh-sungguh menjalankan kehidupan secara islami, dalam artian semua pemikiran dan amalannya sesuai dengan kodratnya sebagai seorang muslim.

Islam telah mewajibkan semua umatnya untuk menuntut ilmu. Segala macam ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan juga semua umat. Begitu juga dengan Iptek. Hal ini juga penting untuk dipelajari karena dengan cara ini umat islam dapat memperoleh kemajuan material untuk menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.

Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian juga merupakan tujuan pendidikan islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.

Sebagaimana penguasaan IPTEK, rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya juga sangat diperlukan oleh umat manusia. Hal itu termasuk wajib hukumnya.

Lembaga pendidikan semestinya dapat menghasilkan calon-calon penerus yang tinggi secara sumber daya manusianya. Oleh karena itu system pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsure pembentuk pendidikan yang unggul.

Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik, yaitu :

  1. Kerjasama yang terpadu antara sekolah, masyarakat, dan keluarga.
    Ketiga hal ini menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar.

  2. Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi.
    Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Dengan adanya kurikulum yang sering gonta ganti akhir-akhir ini, pendidikan kita jadi sedikit membingungkan, apalagi bagi masyarakat awam.

  3. Orientasi pendidikan ditujukan pada kepribadian islam dan penguasaan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat.
    Ketiga hal ini merupakan goal yang kita tuju.berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.
Bagi semua kaum muslim, system pendidikan yang sekarang ini tentunya masih perlu banyak perbaikan disana-sini dan semestinya kita memperbaharui sistem yang ada untuk kebaikan kita semua. Berusaha terus untuk menghasilkan generasi berkepribadian islam yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kemuliaan peradaban manusia di seluruh dunia.